Senin, 22 November 2010

Kontribusi industri rokok tak sebesar yang didengungkan, malah memiskinkan

Kontribusi industri rokok tak sebesar yang didengungkan, malah memiskinkan

mlive.com
Pada training-training saya, banyak pertanyaan “jika rokok berbahaya buat kesehatan, kenapa pabrik rokok tak ditutup?” … saya hampir selalu menjawab bahwa perusahaan rokok membawa dampak positif buat banyak fihak negeri ini …. ternyata jawaban saya itu keliru.
Sesungguhnya kontribusi industri rokok tak sebesar yang didengungkan, demikian diungkap peneliti dari UI, begini selengkapnya, spt yang dilansir detik.com.
“Kontribusi industri rokok terhadap perekonomian nasional sering dipakai sebagai argumen untuk tidak melarang penjualan dan peredaran rokok di Indonesia. Akan tetapi, sesungguhnya sumbangan industri rokok terhadap perekonomian Indonesia itu tidak sebesar yang didengungkan.
“Kita bagi kontribusi itu terhadap PDB, secara tenaga kerja, dan secara cukai,” kata peneliti dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, usai mengikuti pertemuan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dengan Wapres Boediono di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (12/11/2010).
grinningplanet.com
Dimulai dari cukai terlebih dahulu, Abdillah mengatakan, cukai rokok sebetulnya bukan perusahaan rokok yang membayar, melainkan pembeli atau perokok. Artinya. pembayaran cukai itu dibebankan kepada konsumen, sehingga para perokoklah yang memberi sumbangan terhadap penerimaan negara.
Penerimaan negara dari cukai ini, ia menghitung sekitar Rp 56 triliun. Namun, jumlah tersebut hanya 5-7 persen dari seluruh penerimaan negara yang tahun ini berjumlah lebih dari Rp 1.000 triliun.
Kedua, sumbangan dalam bentuk pendapatan domestik bruto (PDB). Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1995-2005, diketahui sumbangan dari industri rokok menurun. Ia mengaku tidak ingat secara pasti angka penurunan tersebut, namun sekitar 2 hingga 1 persen.
“Sehingga itu tidak sebesar yang diklaim oleh industri rokok,” katanya.
Industri rokok, lanjutnya, selama ini hanya terpusat di Jawa Tengah, Jawa Timur, sedikit di Yogyakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Artinya, dari 33 provinsi di Indonesia, hanya 28 daerah yang menjadi tempat memproduksi rokok.
Lalu mengenai lahan pertanian tembakau, menurut Abdillah, 90 persennya berpusat di Jatim dan Jateng juga. Itu pun tidak semua kabupaten di Jatim menanam tembakau dan memproduksi rokok. Hanya di sentral-sentral tertentu saja.
Bagaimana sumbangan industri rokok dalam hal penyerapan tenaga kerja? Abdillah menghitung, untuk tenaga kerja langsung, jumlah pekerja di industri rokok hanya sekitar 300 ribuan saja se-Indonesia. Sedangkan petani tembakau berjumlah 500 ribuan berdasarkan data BPS.
“Kenapa angka yang disodorkan dari industri rokok jauh lebih banyak? Karena mereka juga menghitung tenaga kerja tidak langsung kemudian dikalikan dengan jumlah anggota rumah tangga yg ditanggung. Jadi kalau satu petani tembakau menanggung 4 orang, maka yang dihitung 4 petani tembakau. Jadi dinaikkan seperti itu,” tutupnya.”
Status fesbuk saya pagi ini bertajuk:

rokok menghajar sistem & strutur syaraf pusat atau otak, maka pecandunya terkapar, tak berdaya, tak terasa untuk selalu menghisapnya agar terasa nyaman hidupnya, tergantung seumur hidup, merusak organ tubuh dan memperkaya pengusaha rokok hingga menjadi orag terkaya di dunia sementara perokoknya makin miskin & sakit-sakitan … am happy not smoking

Selamat pagi Pembaca … semoga anda tak merokok  saat ini?, terima kasih telah berkunjung ke blog saya semoga anda dalam sehat dan sukses selalu, ini posting ke 1.316 sejak Nopember 2005.
Tulisan terkait:

Hai Para Perokok, Bersiaplah jadi Miskin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme